(Isefidkl) Meskipun perkuliahan ditiadakan akibat adanya wabah pandemi COVID-19, tak mengurangi antusiasme para pejuang ISEFID untuk mendakwahkan Ekonomi Syariah kepada khalayak umum. Pada hari jumat (27/03/2020) lalu ISEFID melaksanakan kajian kembali bersama bersama narasumber yang handal pada bidangnya. Agenda ini diadakan pada media daring “teamlink” yang sedianya dilakukan dalam bentuk FGD di ruangan saat ini dapat menjangkau masyarakat lebih luas lagi.
Kegiatan Webinar From Home (WFH) kali ini mengusung tema “Investasi Syariah di Masa Pandemi” dengan pembicara Bapak Wiku Suryomurti, M.Sc. dan dimoderatori oleh kak Rifka Mustafida, S.E.I.
Sebagai tenaga pengajar yang saat ini sedang menempuh studi PhD di bidang Finance, Adam Smith Business School – Glasgow, UK tentunya membuat pengalaman Webinar kali ini menjadi semakin menarik dengan ilmu-ilmu pengetahuan mengenai investasi yang up to date dengan keadaan pandemi saat ini.
Kegiatan dimulai pukul 13.00 GMT/ 20.00 WIB/ 21.00 MYT dengan diikuti oleh masyarakat Indonesia di beberapa negara. Dari Glasgow-UK, beliau membuka agenda online ini dengan membaca keadaan perekonomian yang terjadi saat ini. Apakah saat ini kita akan menghadapi masa-masa resesi atau justru kita sudah berada dimasa resesi itu sendiri.
Beliau menuturkan bahwa wabah pandemi Covid-19 ini mempengaruhi segala aspek secara global, mulai dari pemerintah, rumah tangga, bisnis dan sektor finansial. Dalam siklus ekonomi yang sehat, ketika terjadi resesi maka negara yang kuat dapat langsung melakukan tahap perbaikan (recovery). Akan tetapi jika suatu negara tidak siap menghadapi pandemi ini, maka bisa saja ketika terjadi resesi justru perekonomian semakin jatuh menjadi depresi.
Pada keadaan saat ini, ada 2 skenario yang bisa dirujuk, 1.)Recover yakni terjadi pada saat masa perbaikan dan ini sangat bagus untuk membangun portofolio, kemudian 2.) Krisis yakni pada masa ini masyarakat harus selalau waspada dan menyimpan uang dalam bentuk cash.
Sebagai masyarakat yang melek ilmu pengetahuan, kita harus mengamati situasi ekonomi secara bijak, meninjau ulang rencana dan target keuangan, mengelola masalah keuangan serta mengalokasikan aset pada hal-hal yang lebih penting.
Ada beberapa tanda-tanda resesi sedang terjadi pada sebuah negara/wilayah, pertama pasar mulai terindikasi turun diantaranya panic selling dalam pasar modal kemudian pertumbuhan ekonomi menurun dan produksi serta konsumsi masyarakat menjadi sangat rendah, serta terjadinya panic buying makanan dan barang-barang konsumsi.
Beberapa strategi yang dapat dilakukan saat terjadi resesi diantaranya, alokasikan dana pada aset yang beresiko rendah, lebih banyak menyimpan uang cash karena anda akan lebih banyak menghabiskan uang dalam bentuk cash, lalu persiapkan uang darurat untuk jangka waktu 3-6 bulan mendatang, kemudian ketika ada tanda-tanda akan masuk pada masa recovery, anda bisa berinvestasi pada discounted asset.
Kemudian untuk alokasi dana pada masa resesi, anda bisa menyimpan dalam bentuk cash, akun deposit, aset pendapatan tetap, dan jika anda memiliki investasi pada saham maka tahan hingga masa recovery atau jual saham untuk menghindari kerugian yang lebih besar (cut loss). Investor juga harus mewaspadai aset yang beresiko tinggi diantaranya, Saham dengan hutang tinggi, saham periodik, serta saham gorengan.
Saham-saham yang bertahan baik dalam masa resesi biasanya menganggap resesi sebagai opportunity, kemudian ada beberapa perusahaan yang masih dapat bertahan dalam masa ekonomi yang sedang turun, para investor dapat melihat strategi pengembangan dari counter-cyclical stock yang memiliki laporan keuangan yang cukup baik dalam masa resesi. Dan juga dapat merujuk pada company fundamental apakah perusahaan tersebut memiliki utang rendah, cash flow yang baik dan masih bisa menghasilkan profit.
Kemudian tanda-tanda terjadi depresi/krisis pada suatu negara/wilayah tersebut yakni harga barang dan jasa meningkat tajam, nilai tukar uang melemah secara drastis, pertumbuhan ekonomi yang rendah bahkan negatif, banyaknya PHK serta kebangkrutan perusahaan, hutang semakin bertambah dan bahkan menyebabkan terjadinya kriminal.
Menyikapi kejadian saat krisis, kita dapat melakukan evaluasi pada profil risiko yang kita miliki, kemudian pastikan kita memegang uang dalam bentuk cash, harus berhati-hati dengan keadaan yang terjadi, serta siapkan dana darurat dalam jangka waktu 6-9 bulan atau hingga 12 bulan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dimasa sekarang ini yakni selama masa resesi, investor harus menghindari investasi pada perusahaan yan memiliki leverage, cyclical dan spekulasi yang tinggi. Lebih baik membuat strategi untuk berinvestasi pada perusahaan yang memiliki manajemen baik dan memiliki hutang yang rendah, cash flow yang baik dan memiliki laporan keuangan yang baik.
Tindakan-tindakan yang dapat kita lakukan untuk investasi dalam masa seperti ini yakni tetap tenang, ikuti berita-berita dari sumber yang baik dan terpercaya seperti bloomberg, financial times, harvard business review, reuters, bisnis Indonesia, lalu ikuti juga saran-saran dari analisis ekonom profesional di bidang Investasi dan keuangan.
(Red: Rizal Nazarudin Firli)