Lanjutan dari tulisan sebelumnya mengenai Sebuah Konsep Pengambilan Keputusan dalam Prisoner’s Dilemma, istilah prisoner’s dilemma ini merupakan suatu kondisi ketika pilihan-pilihan rasional yang dibuat menimbulkan hasil-hasil yang tidak diinginkan oleh semua pemain.
Prisoner’s Dilemma: Pemicu Kebathilan
Dalam praktiknya, kondisi prisoner’s dilemma sering ditemui dalam dunia bisnis. Suatu bisnis dapat meningkatkan labanya dengan menurunkan harga karena mengurangi harga berpotensi menarik pelanggan baru. Dengan menurunkan harga, laba akan akan menurun. Tetapi penurunan harga ini diharapkan dapat tertutup dari penjualan kepada pelanggan baru.
Masalahnya, dalam pasar persaingan sempurna para pelanggaran baru ini seringkali datang dari bisnis pesaing. Apabila bisnis pesaing akhirnya menyadari dan melakukan hal yang sama, maka saling menurunkan harga akan terus berlanjut dan akan berdampak buruk bagi kedua pihak.
Sebagai contoh, perusahaan A dan B bersaing dengan memproduksi produk yang sama. Jika kedua perusahaan bersaing dengan harga murah, maka masing-masing perusahaan hanya mendapat laba sebesar 4000 satuan.
Jika perusahaan A memasang harga murah sedangkan perusahaan B tetap memasang harga yang mahal, maka perusahaan A akan mendapat laba sebesar 20.000 dan perusahaan B akan bangkrut karena tidak mampu bersaing.
Begitupun sebaliknya. Sebetulnya, akan jauh lebih baik jika kedua perusahaan bisa berunding dan bersepakat untuk menetapkan harga yang tinggi sehingga kedua perusahaan diasumsikan akan mendapat laba 100.000. Tetapi, kebanyakannya hukum berbagai negara melarang adanya kolusi antar produsen seperti ini dalam menentukan harga.
Pilihan paling rasional bagi kedua perusahaan adalah sama-sama memasang harga rendah. Namun, tidak semua perusahaan siap akan kondisi tersebut, karena memasang harga terendah hanya akan menghasilkan laba yang sedikit.
Kondisi prisoner’s dilemma berpotensi memunculkan emosi negatif yang membuat perusahaan menghalalkan segala cara untuk meraih keuntungan. Sehingga, output dari prisoner’s dilemma ini adalah terjadinya berbagai kecurangan dan persaingan yang tidak sehat dalam bisnis.
Persaingan yang tidak sehat ini dapat merugikan banyak orang, selain juga dapat merugikan pelaku bisnis tersebut dalam jangka panjang.
Konsep Etika Bisnis Islam sebagai Solusi atas Prisoner’s Dilemma
Beberapa dekade terakhir, ekonomi islam berkembang pesat baik secara teori maupun praktek. Namun dalam implementasinya, ekonomi islam cenderung hanya dikaitkan pada perbankan atau lembaga keuangan syariah saja. Padahal, banyak isu lain yang berada dalam rumpun ini, diantaranya adalah penerapan perilaku ekonomi dan pengambilan keputusan (economic behavior and decision making).
Tidak ada pebisnis yang ingin rugi ataupun bangkrut, tentunya semua berjuang untuk mencapai keuntungan maksimal. Tetapi, yang perlu diperhatikan adalah keuntungan harus dicapai dengan cara yang baik. Karenanya, perlu tuntunan yang sehat dengan nilai etika yang luhur pada diri seorang pebisnis.
Berbisnis adalah bagian dari mu’amalah, karenanya bisnis juga tidak terlepas dari hukum-hukum yang mengatur tentang masalah mu’amalah.
Islam mengajarkan pemeluknya untuk tidak hanya mengejar profit dari setiap usaha, tetapi juga diiringi dengan keberkahan.
Untuk meraih keberkahan, tentunya tidak diperkenankan melakukan hal-hal yang diharamkan oleh agama. Islam juga mengajarkan konsep ta’awun, dimana ketika mendapatkan keuntungan hendaklah saling berbagi dan ketika mendapat kesulitan juga hendaknya saling membantu.
Rasulullah SAW memberikan contoh, bagaimana bersaing dengan baik ketika sedang berdagang. Rasulullah SAW tidak pernah melakukan cara bathil untuk menghancurkan pesaingnya. Malah, beliau memberikan pelayanan dengan baik, dan secara jujur menyebutkan kekurangan pada produknya. Justru, hal tersebut mampu meningkatkan kualitas penjualan dan menarik para pembeli tanpa menjatuhkan pedagang lainnya. Wallahu’alam
terima kasih penjelasannya