
(isefidkl) ISEFID IIUM melaksanakan kajian yang bertempat di ruang Presentation Lab B Gedung Kulliyyah of Economics, IIUM pada Jumat, 13 Maret 2020.
Pada kajian ini, ISEFID IIUM mengundang Bapak Delil Khairat, MBA yang merupakan salah satu founder dari platform Birurisk.com, pakar dibidang asuransi dan sekarang sedang menempuh program Phd di IIUM. Beliau merupakan praktisi asuransi, dan sedang bekerja di Swiss Re Company di Malaysia.
Pada kesempatan tersebut, beliau memaparkan perkembangan asuransi syariah di Indonesia yang sekiranya digabungkan dengan teknologi yang sedang hype pada era ini, dan kemudian dikemas dalam tajuk “Takaful + Blockchain = Emang Bisa?”.
Pada awal pemaparannya, Bapak Delil menjelaskan bahwa sampai saat ini asuransi masih bersifat konservatif dan kaku. Harus adanya gebrakan yang membuat asuransi ini menarik dan memudahkan masyarakat karena industri asuransi ini akan tetap exist selama umat manusia masih hidup, kekhawatiran dan tindakan preventif akan selalu dilakukan untuk meminimalisir resiko yang disebabkan oleh manusia itu sendiri.
Bapak Delil memaparkan lebih lanjut bahwa asuransi memiliki banyak pos, mulai dari broker, reasuransi, broker reasuransi dan semacamnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa biaya yang dikeluarkan untuk ini juga tergolong besar, belum lagi dari sisi klaim tetanggung yang sekiranya mengalami keadaan darurat, maka asuransi harus ready kapanpun dan dimanapun. Pertanyaannya, apakah asuransi syariah di Indonesia sudah seefektif dan seefisien yang diharapkan tertanggung ?
Mari beralih kepada blockchain, founder birurisk.com ini mengatakan bahwa sistem blockchain adalah teknologi yang fenomenal di abad ini, posisinya hampir mungkin disetarakan dengan internet. Kebayang bukan internet bisa seberpengaruh apa di kehidupan kita?
Blockchain merupakan buku besar transaksi yang terdistribusi dan terdesentralisasi, rantai blok-blok akan tercipta atas setiap transaksi yang tercatat dan setiap user bisa dan dapat melihat atau mengakses laporan tersebut. Dikarenakan blok yang tersusun berbentuk rantai dalam artian berkesinambungan, perubahan yang ingin dilakukan harus melalui semua komputer user yang terlibat, dan mencocokkan antara kode sebelum dan kode sesudahnya sehingga proses manipulasi atau peretasan akan sangat sulit dilakukan disini.
Bukan hanya itu, memangkas serta meminimalisir biaya pihak ketiga juga merupakan salah satu kelebihan sistem blockchain. Hal inilah yang mendorong Bapak Delil dan rekan untuk menginisiasi ide memadukan antara teknologi dan asuransi. Kolaborasi dengan asuransi ini, birurisk.com diharapkan nantinya bisa memudahkan klaim tetanggung jika ada musibah.
“Jika nanti ada bencana seperti gempa, banjir dan semacamnya, maka dari titik koordinat akan di cari tetanggung yang berada dilokasi bencana, dan kemudian dikonfirmasi. Jika iya, maka dana asuransi langsung dicairkan ke rekening tetanggung” ujar Bapak Delil. Beliau juga menuturkan bahwa nantinya akan ada sistem on-off untuk asuransi kendaraan, jadi kendaraan hanya akan membayar asuransi selama berada di jalan raya. Hal ini tentu akan sangat efisien dan efektif bagi tertanggung.
Beliau menekankan bahwa pengadopsian sistem blockchain ini sangat bagus untuk dicoba, terkhususnya pada bidang filantropi atau institusi syariah lainnya. Negara Estonia dan Negara Uni Emirates Arab pun sudah mulai mengimplementasikan sistem ini.
Pada akhir kajian, pembicara optimis bahwa dengan kolaborasi dengan teknologi ini merupakan kesempatan emas bagi institusi syariah untuk dapat bersaing dikancah yang lebih besar, hal ini bisa menjadi milestone bagi ummat dan memerdekakan ummat dari institusi-institusi konvensional.
Red: Zsa Zsa Indah Fadhila